Di TPA Sambutan, pemerintah saat ini memperluas area dengan menggunakan alat berat seperti ekskavator agar sampah dapat tersebar ke ruang baru, bukan hanya bertumpuk di satu lokasi. Sebagai langkah jangka panjang, Pemkot Samarinda merencanakan pengadaan mesin incinerator—alat pembakar limbah padat dengan teknologi suhu tinggi—untuk mengurangi volume sampah yang harus dibuang ke TPA.
Beberapa kota di Indonesia, sambung dia, seperti Bali, Malang, dan Depok, telah menggunakan incinerator untuk mengelola sampah. Samarinda akan mendatangkan dua hingga tiga unit mesin incinerator pada tahun 2025 sebagai uji coba. Jika terbukti efektif, jumlahnya akan ditambah, bahkan mungkin akan disediakan di tingkat kecamatan.
“Satu mesin dapat mengelola 60 ton sampah per hari. Jika ada tiga mesin, totalnya 180 ton sampah bisa dikelola setiap hari. Ini tentu membawa dampak positif bagi pengurangan timbunan sampah di TPA,” ujar Andi Harun.
Satu unit incinerator diproyeksikan mampu mengolah hingga 60 ton sampah per hari. Dengan tiga unit, totalnya mencapai 180 ton per hari, yang akan memberikan dampak signifikan pada pengurangan tumpukan sampah. Jika program ini berhasil, teknologi incinerator juga akan diterapkan di kecamatan dengan tingkat produksi sampah tinggi.
“Dengan pengelolaan sejak dini di tingkat kecamatan, sampah tidak langsung menumpuk di TPA. Intinya, pengelolaan yang baik adalah kunci untuk mengatasi masalah ini,” tutupnya.